Rabu, 04 September 2013

CERITA RAKYAT SULAWESI TENGAH (MATINYA SANG TADULAKO)




Penulis   : Jamrin Abubakar
Tebal       : xii + 102 halaman
Penerbit : Ladang Pustaka, Yogyakarta, 2013
ISBN       : 978-602-18231-7-0

HARGA  : 50.000,-

INILAH kisah panglima perang yang tak pernah terkalahkan dalam berbagai peperangan di “Bumi Tadulako” zaham dahulu. Kesaktian yang dimiliki membuat lawan-lawannya tak berkutik dan ia berhasil membebaskan Tanah Lore, negeri Poso dari penaklukan suku-suku lainnya. Alkisah zaman dahulu, negeri Bada selalu mendapat serangan dari orang-orang Baebunta (wilayah Luwu, Sulawesi Selatan), maka atas kedidkdayaan seorang Tadulako dari Behoa, berhasil mengusir penyerang dari baebunta.
Sejak itulah sang Tadulako dikenal sebagai kesatria, karena jasa-jasanyalah sehingga negeri Bada tidak pernah diserang suku-suku lainnya. Bahkan berhasil menciptakan perdamaian setelah terjadi perjanjian damai dengan lawan-lawannya. Namun dalam pengembaraan cinta, Sang Tadulako tak berdaya ketika seorang wanita (kekasih yang dikhianati) menumbuknya dengan alu. Tadulako yang perkasa di medan perang itu akhirnya mati tragis di tanah yang dibebaskan. Hanya seorang wanita yang mampu merobohkannya.
Itulah di antara inti cerita dalam buku MATINYA SANG TADULAKO Sehimpun Cerita Rakyat Sulawesi Tengah yang dihimpun penulis Jamrin Abubakar dari Donggala. Kisah tersebut hanyalah salah satu di antara 11 cerita rakyat yang terangkum dalam buku in yang semuanya diangkat dari legenda-legenda yang terancam punah di Sulawesi Tengah. penerbitan buku ini ditampilkan dalam dua versi perwajahan cover.

Cerita lainnya yang tak kalah serunya penuh kisah percintaan, petualangan dan tragedi kemanusiuaan yang sarat dengan pesan-pesan moral. Antara lain:

MPOLENDA YANG TERKUTUK: Mpolenda seorang pemimpin otoriter yang sulit dikalahkan dalam peperangan, sehingga bertindak sewenang-wenang menguasai segala sumber ekonomi. Selain sombong dan takabur, juga menganggap dirinya paling berkuasa. Akhirnya Mpolenda bersama istri dan anaknya mendapat kutukan jadi patung megalit. Sampai sekarang patung tersebut dapat dilihat di Desa Wanga Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso.

GADIS KULAVI DALAM POHON: Perburuan yang dilakukan Sadomo, pemuda dari tanah Kaili sampai ke dataran Kulavi membuatnya tersesat di tengah hutan. Meskipun tidak mendapatkan binatang buruan, tapi seorang gadis cantik keluar dari dalam pohon yang kemudian dijadikan istri dan menjadi asal-usul suku Kulavi di Kabupaten Sigi.
TUMBAL DI PULAU PELING: Berawal dari musim paceklik, mengakibatkan Baku putra seorang pemimpin adat meninggal dunia. Tetapi kemudian dari dalam kuburnya tumbuh ubi besar yang kemudian menjadi sumber makanan pokok di Pulau Peling, Kabupaten Banggai Kepulauan. Konon itulah asal mula adanya Ubi Banggai yang dipercaya sebagai jelmaan dari manusia.

TRAGEDI YAMAMORE: Yamamore putri seorang Raja Towale melarikan diri dari istana demi menghindari perkawinan paksa. Dalam pelariannya, ia bersembunyi dengan cara mencemplungkan diri ke dalam telaga air asin. Maka sejak itulah Yamamore menghilang dan tempatnya dinamai pusat laut atau Pusentasi.

PERANG MAHADIYAH: Berawal dari keinginan Sang Pelaut menaklukkan Negeri Dampelas, akhirnya terjadi perlawanan dari Mahadiyah. Peperangan pun terjadi hingga telaga yang dijadikan area pertarungan kemudian menjadi Danau Dampelas di Desa Talaga.

SANG PUTRI DAN BENGGA BULA: Putri cantik dari Tanah Kaili diasingkan karena terserang penyakit cacar di tubuhnya. Dalam pengasingan itulah ia dikejar dan dijilat seekor Bengga Bula (kerbau putih), sehingga kulitnya sembuh. Sejak itu pula pihak raja dan keturunannya pantang makan daging kerbau putih.

PERKELAHIAN LABOLONG DENGAN LINDU: Berawal perkelahian Labolong (seeokor anjing raksasa) dengan Lindu (belut raksasa) di sebuah telaga kecil, akhirnya air meluap menjadi danau. Tempat tersebut kemudian dinamai Danau Lindu yang dalam bahasa setempat Lindu berarti belut.

LEGENDA SANG PALINDO: Patung megalit Palindo atau Molindo di Padang Sepe, dataran tinggi Bada yang mengisahkan tentang tokoh perlawanan terhadap serangan dari Kerajaan Luwu. Konon Palindo yang bentuk miring dengan tangah mengarah ke kelaminnya itu menunjukkan simbol persatuan orang Bada zaman dahulu tak mau ditaklukkan.

CERITA TENTANG KUCING KERAMAT: Seekor kucing menyelam ke dalam telaga mengambil jarum milik Sang Putri yang jatuh. Akibatnya, kucing itu basah kuyub dan tak lama kemudian hujan deras dan banjir datang sehingga terbentuklah sebuah danau besar. Dalam mitologi beberapa suku di Sulawesi Tengah, kucing masih disakralkan tidak boleh disakiti atau disiram karena dipercaya akan menimbulkan bencana.

PETUALANGAN SAWERIGADING DI KERAJAAN SIGI:
Saat akan dilakukan perlagaan ayam milik sang pelaut Sawerigading dengan ratu Ngilinayo, tiba-tiba terjadi gempa dahsyat. Memporak-porandakan negeri Lembah Kaili membuat kapal Sawerigading hancur dan banjir bandang tiba dan tanah longsor menimbun laut teluk Kaili menjadi lembah.
Buku tersebut telah terbit dan beredar dapat diperoleh di Toko Buku Ramedia, Jl. Hasanuddin, Kota Palu. * (Hanafi Saro)

Minggu, 04 Agustus 2013

13 TOKOH BERSEJARAH SULAWESI TENGAH (2013)

13 TOKOH BERSEJARAH SULAWESI TENGAH mendapat penghargaan dari GUBERNUR SULTENG pada HUT ke 49 Provinsi Sulteng:

HARGA    : Rp 50.000,-

1. Abdul Azis Larekeng
(Tokoh Birokrat Sulawesi Tengah)

2. Abdul Azis Lamadijido (1932-2011)
(Tokoh Birokrat/Bapak Gerbosbangdesa)

3. Andi Tjella Nurdin (1926-1993)
(Tokoh Politik dan Perintis Pers di Donggala)

4. Andi Raga Pettalolo
(Tokoh Diplomasi di Bidang Olah Raga untuk Pembentukan Provinsi Sulteng)

5. Asa Bungkundapu (1925-1960)
(Tokoh GPST/Anti Permesta)

6. H.HASAN TAWIL, BBA
(Tokoh Gerakan Pramuka dan Perintis Pembentukan Provinsi Sulteng)


7. Kartini Pandan Yotolembah (1936-2011)
(Tokoh Pendidikan Kaum Perempuan)

8. MA. Intje Makkah (1904-1973)
(Perintis Pers di Sulawesi Tengah)

 9. MA. Intje Makkah (1904-1973)
(Perintis Pers di Sulawesi Tengah)

10. Thayeb H. Muda (1919-1993)
(Tokoh Adat dan Perintis Pembentukan Sulteng)

11. Umar Papeo 
 (Tokoh Laskar Pemuda Indonesia Merdeka)

12.Zainal Abdin Betalembah (1921-1977)
(Tokoh Ulama dan Pendiri GPPST)

13. Zainuddin Abdul Rauf (1936-2008)
(Tokoh Politik dan Pendiri Sulteng)